Sampah Buang Sembarangan, Salah Siapa ?


Dari gerbang batu lipai menuju ke baran tepatnya di gang awang noor, selama diperjalanan tidak ada yang spesial. Semua terasa seperti biasa, layaknya penduduk setempat yang sudah bosan dengan apa yang mereka lihat setiap hari. Saat di perjalanan terlihat batu besar yang menjadi lambang dari batu lipai, terdapat pemandangan yang membuat mata terasa sakit melihatnya serta membuat hidung harus segera ditutup guna meloloskan kita dari jeratan bau busuk yang menyengat.

Ini persoalan klasik yang butuh diselesaikan dengan cara modern, bukan dengan cara kuno yang harus menunggu sambil berpangku tangan kepada pemerintah daerah. Jauh sebelumnya rakyat setempat sudah muak dengan kelakuan orang yang membuang sampah pada bukit tersebut. Dengan memasang spanduk diharapkan para pelaku sadar akan kegeraman warga setempat. Namun hasilnya hanya beberapa hari saja bukit itu bersih dari sampah, hari berikutnya masih saja ada orang yang melakukan praktek yang tidak terpuji itu.

Salah siapa ini ? Salahkah warga setempat yang kurang keras dalam memperingatkan ke orang ramai, atau mereka para manusia yang tidak tahu ingin buang dimana karena jauhnya tempat pembuangan sampah sehingga bukit tersebut menjadi korbannya.

Bukan dibukit itu saja yang sering menjadi sasaran orang-orang yang tak berjiwa toleransi, banyak lagi tempat yang memang sudah di incar mereka sejak bertempat tinggal di daerahnya. Sampai-sampai himbauan berupa hinaan yang tidak patut di baca pada anak kecilpun di tancapkan di daerah rawan tersebut.

Akhirnya semua menjadi serba salah, saling menuduh dengan membela diri sendiri tidak ada gunanya lagi. Tempat yang sudah terlanjur dijadikan tempat pembuangan sampah sudah di cap sebagai tempatnya, peringatan sudah tidak dihiraukan. Keadaan yang memaksakan mereka, menjadi manusia yang tidak memiliki jiwa toleransi dan kesadaran bersama sudah menjauh dari sifatnya, dan yang mendekat segala sifat instan dan praktis.

Kembali lagi pada soal di atas. Salah siapakah ini semua ? Suka atau tidak suka kita diharuskan menuntut pada pemerintah daerah, mereka yang mengurusi daerah ni sudah memiki klasifikasi setiap persoalan. Namun belum ada dampak berarti dari dinas terkait akan hal ini. Lalu seberapa besar pengaruh dari kegiatan pak bupati kita yang bertemakan sabtu bersih dimana agendanya pada setiap hari sabtu, sampai dalam mengurusi sampah di daerah pelosokpun tidak diurus. Agaknya mereka hanya mengurusi kebersihan jalan protokol dan jalan besar yang hanya dilalui pejabat-pejabat dan konglomerat.

Nasi sudah menjadi bubur, semoga dengan tulisan ini kita semua bisa menjadi lebih mencintai lingkungan.

Posting Komentar

0 Komentar