Antara Kemajuan Teknologi dan Kemunduran Generasi

Di era ini, tulisan diatas kertas bukan lagi menjadi hal primadona untuk mengungkapkan ekspresi seseorang maupun hal lain. Mengirim surat dengan cara menulis saja dikatakan ketinggalan zaman. Karena telah hadir ponsel dengan fitur SMS-nya, BBM, Facebook dan masih banyak lagi. Sekarang dengan pesatnya perkembangan teknologi memudahkan orang dalam melakukan segala aktivitas yang dulunya rumit dan butuh waktu yang lama kini bersifat instan dan praktis. Hal tersebut menjadikan setiap orang dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman guna efisiensinya aktivitas yang dikerjakan.

Alih-alih dimanjakan dengan teknologi terbaru, ternyata kita lalai dalam melakukan kegiatan terlebih yang wajib. Seperti kurangnya waktu tidur, terbuang waktu untuk beribadah kepada tuhan, hingga makan sekali pun. Secara tidak langsung kita telah dicuci otak oleh negara pencipta teknologi tersebut. Alat teknologi terkini yang dapat menghancurkan generasi penerus Indonesia tersebut tidak harus dimusnahkan atau di stop impornya. Sebab hal tersebut dapat membahayakan perekonomian negara ini. Akan tetapi, di pasarkan tentang bahaya penggunaanya. Misalnya rokok, terdapat peringatan di luar kemasannya “ Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin “. Rokok amat berbahaya, bahkan sebagian ulama mengharamkan menghisapnya. Tapi karena pajaknya yang begitu besar, membuat pemerintah untung sehingga tidak menutup perusahaannya sampai sekarang. Jadi, bila teknologi yang lebih modern dari luar ingin masuk, maka pemerintah perlu mencermati bahanya bagi generasi kita, terlebih di kalangan pemuda.
Bukti Kemunduran Suatu Generasi
Memang dalam konteks ini masalah utama adalah yang menggunakannya, akan tetapi lebih baik bila ayah memperingatkan pada anak sebelum anak terlanjur melakukan kesalahan. Begitu juga terhadap pemerintah, mereka harus memberi peringatan atau penekanan kepada masyarakat tentang teknologi yang dapat membahayakan penerus bangsa ini. Agaknya, pemerintah masih belum keras dalam menekankan hal tersebut. Sebab akan berdampak pada berlemahnya pertumbuhan ekonomi bangsa di sektor impor. Contoh telefon seluler, bila pemerintah melakukan kebijakan itu maka produsen ponsel luar negeri akan mengendurkan daya produksinya di indonesia, akibatnya pengangguran merajai negeri ini dan segala penyakit masyarakat akan timbul.

Sekarang sedang maraknya kasus LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) di Indonesia. Di khawatirkan dengan berjamurnya ponsel canggih memudahkan para anak-anak, remaja, pemuda hingga dewasa bisa mengakses lalu menyalahgunakannya. Bila tidak di tekankan bahayanya maka akan berakibat fatal pada masa depan NKRI ini.

Hal ini rumit untuk dicari jalan tengahnya, antara kebijakan ekonomi dan melindungi para generasi bangsa harus sinkron. Akan tetapi bukankah masalah seperti ini yang menjadi tujuan mereka untuk duduk di kursi dewan, yakni menyelesaikan masalah yang tidak bisa rakyat selesaikan. Seandainya rakyat bisa mengatasinya tidak perlu ada lagi yang namanya pemerintah. Jadi saya kira ini adalah tantangan sekarang untuk pemerintah Indonesia di zaman modern ini.

Posting Komentar

0 Komentar