Yang Masih Ataupun Mau Pacaran Bagus Dibaca Untuk Kalian


Sebelum membahas judul di atas ada sedikit intermezo. Seperti teman-teman ketahui, setiap manusia memiliki hati. Artinya, rasa suka, rasa cinta, dan rasa sayang adalah hal fitrah yang pasti ada dalam setiap manusia. Baik itu cinta kepada orang tua, saudara, sesama manusia, dan yang paling penting adalah cinta kepada Allah dan Rosulnya.

Di zaman modern ini, peradaban berkembang sangat pesat. Budaya-budaya barat yang dalam Pendidikan Kewarganegaraan ketika masuk harus disaring terlebih dahulu, nyatanya hanya sekedar teori. Tak lebih! Lalu Agama sudah liberalisasikan oleh penganutnya sendiri akibat terlalu majunya suautu zaman.

Akhirnya kita remaja Indonesia pada  khususnya cenderung mengikuti mereka (kaum liberalis) daripada ajaran Islam. Sederhananya banyak orang yang datang ke pengajian daripada ke konser, mall, ataupun pertandingan olahraga. Salah satu yang sedang marak saat ini adalah pacaran. Islam tidak mengajarkan pacaran. Bahkan Islam melarang budaya yang di bawa oleh bangsa barat ini

           ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q. S. Al Isra’ : 32)

Memang tidak semua pacaran berakhir zina. Namun sebagian besar zina pasti berawal dari pacaran. Lalu bagaiman dengan pacaran islamai.
Inilah umat. Semua yang dilabeli “Islami” seolah-olah hukumnya langsung berubah menjadi halal. Sama saja seperti pakaian renang Islami. Seolah-olah itu dianggap halal, padahal tetap saja dilarang dalam Islam. Pakaian renang “Islami” tidak menutup aurat, melainkan hanya "membalut" aurat. Pakaian yang menutup aurat bagi perempuan secara sempurna yakni hijab (kerudung/khimar+jilbab). Pacaran “Islami” juga seperti itu. Bukan karena ditambah kata “Islami”, semua berubah menjadi halaal

Secara lisan kita menginatkan untuk sholat dan puasa, tapi kalau dalam hati? Siapa yang menjamin niat itu 100% karena Allah SWT. Pernah saya temukan tulisan dari ustad Felixisiauw yang mengatakan. Apakah kamu mau istrimu kelak adalah mantan dari orang lain? Kamu mendapat tak lebih dari sekedar “bekas” orang lain. Kalau tidak, makanya jangan pacaran lagi. Lalu pesan untuk wanita. Apakah kamu tidak ingin memberikan mutiara terindah yang belum pernah terjamah oleh siapapun kepada suamimu kelak.

Tulisan tersebutlah yang menginspirasikan saya untuk menulis ini di sini. Sesunggugya tulisan ini bukan maksud untuk mengajari ataupun menggurui. Sebab tidak ada manusia yang sempurna apa lagi yang pasangan yang sempurna.

Sebab Seperti yang kita ketahui bahwa orang yang baik akan mendapat pasangan yang baik. Sedangkan orang yang buruk akhlaknya mendapat pasangan yang buruk pula akhlaknya. Tinggal kita saja kita memilih yang mana, menginginkan yang baik atau sebaliknya.

Untuk semuanya, khususnya untuk penulis sendiri. Lebih baik sekarang siapkan dirimu, cari ilmu agama, perdalam pengetahuanmu, pertebal imanmu, dan persiapkan bekalmu baik di dunia maupun di akhirat. InsyaAllah Allah telah menyiapkan pasangan terbaik untuk kita.

Dengan siapa? Tidak usah diperhatikan dulu siapa jodohmu kelak. Yang penting kamu telah berusaha sebaik mungkin menyiapkan diri untuk menjadi pribadi yang baik untuk pasanganmu kelak. Jodoh kita hanya Allah yang tahu.

Berharap dan berdoa saja orang yang kelak akan menjadi pasanganmu itu, melakukan hal yang sama. Sama-sama menyiapkan diri untuk menjadi suami yang sholeh/istri yang sholehah. Sama-sama mendalami syariat Islam karena Allah, sehingga pernikahan yang terjadi adalah pertemuan dua insan karena Allah SWT, bukan karena syahwat belaka.

InsyaAllah.

*NB: Salah satu tanda orang yang lemah imannya adalah yang selalu mencari 1001 alasan untuk menolak kebenaran yang datang padanya. Jika Anda ngotot untuk tetap pacaran, terserah Anda. Kewajiban kami hanya menyampaikan. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang menyakiti hati Anda. InsyaAllah kami hanya ingin Anda lebih baik dari kami. Kami hanya ingin untuk saling mengingatkan sesama muslim. Mohon maaf jika apa yang penulis sampaikan ternyata berkebalikan dengan sifat penulis sendiri. Penulis hanya ingin menjadi pribadi yang lebih mencintai Allah dan Rosulnya daripada mencintai diri sendiri. Mohon maaf apabila ada kesalahan, karena kesalahan datangnya dari hamba yang penuh dosa ini sedangkan kebenaran sepenuhnya datang dari Allah SWT.
*tulisan ini juga ditujukan untuk penulis sendiri yang masih jauh dari Allah, masih terlalu banyak dosa yang penulis lakukan. semoga tulisan ini bisa menjadikan penulis dan pembaca menjadi lebih baik lagi. Aamiin.

Posting Komentar

0 Komentar