Hari ini yang di takuti orang -pengacau- hanya ada dua, yang pertama adalah Mahakuasa dan kedua ialah Mahasiswa. Begitulah ungkapan para kaum intelektual dalam upaya menghibur diri dari keterasingan mereka. Terlalu dini bila mengatakan mahasiswa bagian dari momok para pengacau dalam bernegara, liat saja mahasiswa bukan 1 seperti tuhan, ia banyak dan tak terhingga. Sehingga watak, dan kharakter yang dihasilkan pun berbeda.
Terkadang sulit untuk disatukan, butuh proses yang tidak sebentar untuk mewujudkannya. Tetapi, jika keresahan sudah sepenanggung maka kata perasatuan rasanya sulit untuk di elakkan.
Data empiris menunjukkan fenomena mahasiswa berdasarkan lingkungan mengakibatkan pengaruh besar bagi perkembangan mahasiswa itu sendiri. Dari perilaku dosen yang ia terima pun tak luput dari tumbuhnya asupan gizi intelektual seorang mahasiswa. Memang pada dasarnya, kembali lagi pada mahasiswa itu sendiri. Jika rasa dorongan tersebut belum timbul akibat dari masih labilnya -baru beranjak dari masa transisi menuju remaja dewasa (SMA)- seyogyanya dosen sebagaimana sama dengan orang tua, yakni terbuka melalui inisiatif untuk membuka lebih dalam lagi cakrawala dunia ini melalui pendekatan-pendekatan gaya khasnya tersendiri.
Mahasiswa bukanlah mahakuasa, ia tidak bisa apa-apa kecuali hanya bisa berteriak di kala ia tertekan. Beralaskan semangat juang membela kebenaran dan harapan untuk mewujudkan sesuatu yang terbaik, bersenjatakan karton dan toa yang menjadi pembeda antara perusuh dan pendemo. Seakan mereka seperti tuan-tuan yang mereka hadapai sendiri, mereka belagak tahu hingga detail apa permasalahannya. Selama aksi berlangsung dogma yang mereka pegang ialah "praduga tak bersalah". Karena label mahasiswalah yang menyebabkan semuanya dapat terjadi.
Namun harus di ingat, mereka hanya manusia biasa seperti kita -masyarakat, pejabat, konglomerat- yang mempunyai perasaan juga, tidak semestinya langsung jadi, butuh proses, jadilah mereka merenung meratapi nasib aspirasinya. Beda dengan Tuhan yang dengan hanya berkendak maka jadila apa yang Ia mau. Tapi tidak untuk mahasiswa. Mereka harus menunggu, terkadang masa suntuk tersebut sirna begitu saja seiring liciknya dunia dengan berbagai loby atau tarik ulur dari yang berperan penting. Boleh jadi ketua dari para ketua, dan hampir-hampir boleh jadi semuanya jika di imingi-imingi dengan berbagai kekayaan duniawi.
1 Komentar
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino