Aneka Makhluk Allah


Beraneka ragam makhluk Allah di permukaan bumi ini di alam raya, dan bertingkat-tingkat keadaan mereka. Di bumi yang kita huni ini kita melihat batu serta mengenal manusia. Batu adalah benda keras dari kumpulan benda-benda kecil yakni mineral, bewarna warni dan memiliki kualitas yang berbeda-beda, sehingga dikenal istilah batu mulia dan batu bata. Demikian juga manusia, mereka bertingkat-tingkat kualitasnya, bahkan semua mahluk memiliki peringkat kualitas.

Makhluk-makhluk ciptaan ada yang bersifat bendawi dan ada pula yang tidak demikian. Makhluk yang bersifat bendawi bertingkat-tingkat juga dan sejalan dengan sifat terpuji (baik) yang disandangnya.
Tumbuhan lebih tinggi tingkatannya dari pada batu-batuan. Karena, yang ini merasa dan bergerak -bahkan boleh jadi tahu- sedang batu-batuan tidak demikian, paling tidak demikianlah pandangan kita sebagai manusia.

Baca artikel sensasional : Rokok Haram Atau Mubah

Selanjutnya mutiara, walau dapat dinilai benda tak hidup, tetapi dia memiliki sedikit kehidupan yang menjadikannya memperoleh peringkat tinggi dari bebatuan, walau tidak setinggi tumbuhan.
Pohon zaitun atau kurma memiliki peringkat lebih tinggi lagi. Ia di nilai kehidupannya mendekati kehidupan terendah binatang sebab memiliki keistimewaan.

Binatang pun bertingkat-tingkat. Ada yang melahirkan dan menyusukan anaknya dan ini lebih tinggi dari pada yang tidak demikian. Lalu ada yang dapat dididik dan ada yang tidak dapat. Yang dapat dididik betingkat-tingkar lagi, hingga mencapai tingkatnya yang tertinggi -seperti monyet misalnya- dan dari sana beralih tingkatan itu ke tingkat manusia.

Lalu, manusia juga bertingkat-tingkat. Tingkatannya antara lain ditentukan oleh pengetahuan, kepekaan dan geraknya. Semakin dalam, haus dan bebas geraknya, maka semakin tinggi tingkatannya. Pengetahuan menuntut tanggung jawab. Karena itu, semakin tinggi tanggung jawab seseorang semakin tinggi pula kedudukannya. Contohnya perbandingan orang dewasa dengan anak-anak.

Di sisi lain, siapa yang tidak bertanggung jawab -walau dewasa dan berpengetahuan, orang gila misalnya- maka tidaklah dia memiliki kedudukan yang tinggi. Demikianlah, sehingga pada akhirnya kita menemukan bahwa keberhasilan mempertanggung jawabkan tugas adalah poko tolok ukur kedudukan manusia. Karena itu, manusia dewasa dan waras tetapi tidak bertanggung jawab, kedudukannya sangat rendah, bahkan boleh jadi lebih rendah dari pada binatang.

Rasul saw. mengibaratkan manusia dengan batu (tambang). Ada tambang emas, ada perak, batu bara dan lain-lain. Semakin tinggi nilai dan kualitasnya semakin mulia ia. Nilai dan kualitas itu -bagi manusia- adalah penyerapan nilai-nilai agama serta penghayatan dan pengalamannya. Menurut ulama di abad 21 itu adalah Takwa dalam bahasa Al-Qur'an.

Demikian, Wa Allah A'lam

Posting Komentar

0 Komentar