Analisa Tentang Dunia Pendidikan Kemaritiman Indonesia


Bertolak dari artikel "Satu-satunya di Sumatera, Jurusan MKP Memiliki Prospek yang Baik di Masa Depan" saya ingin menambahnya lagi ke dalam suatu analisa yang mendalam secara spesifik agar teman-teman mahasiswa UK khususnya jurusan MKP tahu mengenai kegiatan apa yang dilakukan setelah mengenyam pendidikan strata satu tersebut.

Dalam pembahasan sebelumnya saya menilai bahwa setiap mahasiswa yang bernaung di Universitas sebaiknya melanjutkanya pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebab tuntutan untuk menjadi pakar dalam ahlinya diperlukan sekali, jika mahasiswa MKP menyadari hal ini maka kalian sudah termasuk mahasiswa yang mengerti akan tuntutan zaman pada perubahan bangsa sendiri. Dan ini bisa dimasukan ke dalam kategori upaya untuk membangkitkan jiwa patriotisme yang tinggi.

Sekarang bukan eranya lagi bekerja sebagai abdi negara dengan ilmu yang saya kira masih minim dari segi teori maupun praktek. Sekarang eranya spesialisasi, dunia telah berubah yang dulu dasar pendidikan hanya pengetahuan umum kini telah beralih ke pengetahuan khusus. Memang dasar berupa pengetahuan umum perlu di ajarkan karena siapa yang tahu nasib ke depan dari seseorang. Boleh jadi apa yang dilakukan di masa depan berbuah manis ketika tidak sesuai titel yang dikejarnya hari ini, kasus seperti ini banyak di antara para suksesor, mereka cenderung mendukung kurikulum semacam ini di dunia pendidikan indonesia.

Berkembangnya dunia pendidikan spesialisasi sudah bisa kita lihat pada bidang kedokteran. Dulu tidak ada yang namanya dokter spesialisasi kanker, dokter spesialisasi kulit, mata hingga dokter ahli jiwa. Tuntutan zamanlah yang memaksa mereka -para doktet terdahulu- perlu mencetus guna mempelajari, dikembangkannya agar tercipta seorang ahli atau pakar di ilmu tertentu. Karena dokter umum saja tidak mampu menangani pasien yang berbeda penyakit, sebab konsentasinya haruslah terbagi-bagi.

Kembali lagi pada ruang lingkup universitas. Patut di pertanyakan apakah metode dosen yang dikerahkan pada mata kuliah penting sudah optimal dalam pengajarannnya. Dalam prakteknya mereka cenderung menginginkan mengajar lebih dari 1 makul yang terkadang diluar konteks titelnya sendiri. Hal ini perlu di awasi dan diberi masukan bahkan dorongan kepada pelaku monopoli ilmu tersebut agar insan-insan yang benar benar teruji di bidangnya terlahir di indonesia. Bukan hanya melihat satu sisi yakni pada hak personal namun sisi lain perlu di perhatikan yakni ilmu yang diajarkan haruslah ahli di bidangnya. Yang memiliki ilmu spesialisasi manajemen, tatanan kepelabuhanan hingga spesialisasi dunia usaha bidang pelayaran dimana sesuai dengan mata kuliah yang bersangkutan. Sehingga titel yang disandang dosen tersebut dapat dipertanggungjawabkan bila suatu saat nanti terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mari kita lihat pendidikan dunia eropa, mereka berani menetapkan kurikulum pendidikan menspesifikkan yang tertentu saja. Mereka menyadari suatu keahlian harus benar ditekuni agar seorang mahasiswa tersebut kedepanya produktif, inovatif dan kreatif dari ide-ide besarnya. Sebaiknya hal ini harus diwacanakan oleh pemerintah Kemenristekdikti dalam hal membangun peradaban pendidikan secara holistik. Mereka nantinya selain menjadi akademisi, pakar juga konsultan dalam bidang kemaritiman.

Namun saya juga patut mengapresiasikan sekali pada pendidikan perguruan tinggi yang hanya mendalami bidang tertentu, Seperti akademi-akademi kemaritiman, Akademi Keimigrasian (Imigrasi, KPLP & Syahbandar) lalu STIP (Pelaut, Adpel dan Dinas Kelautan), STAN (Bea Cukai dan Sukofindo) serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Karantina). Nantinya mereka akan bersaing dengan perguruaan tinggi yang sama di indonesia maupun di dunia untuk mengisi pos-pos penting dalam hal menjalankan suatu roda kemaritiman. 

Seiring waktu pengamat juga dibutuhkan, dan dari semua orang yang pantas adalah para kalangan akademisi yang menjalani pendidikan sampai level doktor di bidang kemaritiman. Bisa dikatakan mereka ini seorang ahli nujum.

Jadi kesimpulan mengenai analisa ini adalah Pendidikan di indonesia di bidang kemaritiman masih terbilang lamban dan belum adanya suatu kinerja yang baik dari pemerintah yang telah mencetak manusia-manusia hebat dalam dunia kemaritiman. Visi misi poros Jokowi mengenai maritim dunia, di prediksi pengamat dan pakar niscaya terwujud sebab kurangnya SDM yang berkualitas dan lagipun visi misi yang mulia ini masih dalam tahap pembangunan. Bila diiringi dengan kemajuan pendidikan kemaritiman, bukan tidak mungkin calon-calon mahasiswa ini akan mengembangkan visi misi indonesia yakni menjadi poros maritim dunia seperti apa yang dinantikan oleh para pendahulunya.

Posting Komentar

0 Komentar