SUATU hari seorang raja mengumpulkan seluruh rakyatnya. Kemudian ia sodorkan kepada mereka sebuah gelas yang terbuat dari berlian sembari berkata, “Bahkan jika kalian semua mengumpulkan harta untuk membeli gelas berlian ini, kalian tidak akan pernah bisa membelinya. Ini adalah benda termahal seantero negeri.”
Semua menatap kagum. Betapa mahal dan indah gelas yang ada di hadapan mereka.
Sang raja melanjutkan, “Wahai rakyatku, siapa diantara kalian yang bersedia untuk memecahkan gelas ini?”
Terkaget-kaget mereka mendengarnya. “Duhai Baginda Raja, bagaimana mungkin kami tega memecahkan benda termahal seantero negeri?” kata salah seorang dari menteri kerajaan. Yang lain menganguk setuju.
“Benar, wahai Raja, bukankah itu pusaka negeri ini? Kami sekali-kali tak akan tega merusaknya,” sahut yang lainnya.
Suasana berubah gaduh, masing-masing berbisik kepada teman di sampingnya.
Tak berselang lama, seorang pemuda muncul dari kerumunan. Ia berjalan tenang, memberi hormat kepada raja, lantas tanpa berbicara apa-apa, ia langsung ayunkan kapak di genggamannya. Maka seketika gelas berlian itu pecah berkeping-keping.
Seketika itu pula orang-orang berteriak memaki-maki, mereka benar-benar marah. Hampir-hampir mereka akan mengeroyokinya jika saja raja tak segera menenangkan mereka.
“Wahai rakyatku, mari dengar dulu alasan kenapa pemuda ini berani memecahkan gelas berlian itu?” ujar sang raja.
“Wahai Rajaku,” kata si pemuda. “Gelas berlian ini memang sangat mahal dan sangat penting, tapi perintahmu untuk memecahkannya jauh lebih mahal dan lebih penting daripada apapun.”
Sang Raja tersenyum. Betapa bijaknya pemikiran si pemuda.
Mari belajar dari si pemuda.
Jikalaupun pemimpin yang ada sekarang tidak korupsi, dermawan tiada terkira, banyak membawa perubahan. Namun jauh lebih penting perintah Allah untuk tidak memilih pemimpin nonMuslim.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin/pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (An-Nisa’ 144).
Si pemuda meletakkan perintah Allah di atas segala-galanya. Karena hanya dengan begitu kita akan tumbuh menjadi mukmin sejati.
1 Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus