Karimun Menuju Perubahan


Salah satu manusia tercerdas di dunia “Albert Einsten” pernah berujar bahwa ukuran kecerdasan bukan terletak pada kebiasaan memakai alat-alat lama, tetapi pada kemampuan untuk merubah. Kalimat ini bagi saya harus di renungi disetiap orang yang yakin akan perlunya keberanian untuk berubah.

Dalam implementasinya setiap perubahan diperlukan percakapan. Bahasa dan cara-cara yang kita pakai dalam berkomunikasi akan menentukan suatu organisasi/komunitas, perusahaan, hubungan, dan masa depan. Kita harus memilih apakah ingin terus saling menyalahkan dengan menunjuk hidung, fokus pada apa yang tidak bisa dikerjakan orang lain. Atau sebaliknya, yakni fokus pada apa yang bisa dikerjakan orang bersama dan saling menghargai?? Ayo kawan.. saatnya kita bangun suatu peradaban yang bagus di karimun ini. Berubah dan beruba!

Meski saya bukan pakar motivasi seperti Mario Teguh tetapi saya setidaknya sudah berupaya untuk merubah melalui cara ini, yakni menyadarkan ke orang ramai-pentingnya makna perubahan-yang sibuk dengan kerutinan aktivitasnya.

Mari kita contohi penduduk jepang, negeri yang terkena musibah tsunami pada beberapa tahun yang lalu, bisa bangkit dalam sekejap dengan terlihatnya lumbung padi serta tanaman-tanaman yang siap mereka jual.

Jawaban yang langsung di kepala saya adalah mereka tidak suka bermalasan. Barang kali di setiap benak penduduk jepang bermalas-malasan adalah dosa besar. Semalas-malasnya manusia jika dibanding makhluk lain, manusia adalah makhluk yang punya nalar dan bisa belajar. So belajar adalah sarana untuk memperbarui diri. Tanpa belajar kita akan terperangkap hidup di masa lalu.

Seperti kata Albert Einstein lagi, “Kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah baru dengan cara-cara lama.”

Senin yang lalu saya membaca buku Let’s Change karya Prof. Rhenald Kasall, Ph.D di perpustakaan daerah milik Pemkab Karimun. Beliau mengatakan rasa takut dan rasa sakit adalah dua instrument Tuhan untuk mengatur manusia. Tambahnya lagi, bagi sebagian orang rasa takut sudah bisa membuatnya berubah, tapi ada sebagian orang yang belum mau berubah meski rasa takutnya sudah amat jelas. Orang-orang seperti ini baru berubah setelah rasa sakit melebihi rasa takut.

Waww, menarik bukan kata-katanya? Saya rasa anda yang membaca kutipan dari profesor ini paham apa yang dimaksud, nah jika paham. Kapan kita ingin merubah? Apalagai sebuah perubahan besar untuk masyarakat umum. Tentunya masyarakat karimun, masyarakat yang perlu dituntun untuk berubah..

Indonesia kini, selalu menimbulkan masalah baru di berbagai daerah. Seperti kekerasan seksual, ketenagarakerjaan, kemiskinan, sampah berserakan, hingga mahasiswa yang dipandang sebelah mata. Di era ini perlu adanya orang-orang pergerakan dalam bentuk perubahan besara-besaran, bukan hanya berkutat di kursi panasnya sambil membanggakan teorinya yang tak pernah terealisasi.

Dan dari tulisan di atas, dapat kita simpulkan bahwa salah satu penghalang bagi manusia -Indonesia- untuk memperbarui diri adalah kita selalu merupakan produk dari masa lalu.

#salampergerakan.

Baca Juga : Nak Kemane? Tak ade ..

Posting Komentar

0 Komentar